Jumat, 14 Oktober 2011

Non Ilmiah


Karya non ilmiah sangat bervariasi topic dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bias konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.

Karya non ilmiah bersifat:

1. Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
3. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4. Kritik tanpa dukungan bukti.

Wacana Non Ilmiah

Sebuah penggalan novel dari http://kang-petruk.blogspot.com

Menjadi Ibu

Ruangan kubus yang penuh dengan aroma obat ini membuatku tak dapat menyusun syaraf-syaraf dalam kepalaku. Atau sekedar mengingat bagaimana kemudian aku dipenjara di dalam sini. Tubuhku seperti berkembang tanpa belulang, begitu lemas rasanya. Sedangkan kepalaku perlahan menjadi pening dan hampir retak.
Sekali lagi, tak dapat kuingat bagaimana kemudian tubuhku berbaring di tempat tidur ini dengan air kehidupan yang mengalir melalui selang plastik yang dipaksakan masuk dalam nadiku. Yang kuingat hanya suatu pagi aku bangun dan melakukan rutinitas sebagai seorang wanita karier. Bangun, sedikit menengok suami dan putriku kemudian berangkat ke kantor. Mungkin menjadi sedikit berbeda ketika dibandingkan dengan seorang ibu pada umumnya yang sepagi itu akan menyiapkan sarapan dan seragam untuk putrinya. Aku berbeda, itu jelas.
Bagiku, menjadi ibu sepenuhnya adalah sebuah kutukan. Artinya harus menggunakan waktuku yang begitu berharga untuk mengurus masalah-masalah kecil. Aku memilih untuk mempercayakan pekerjaan rumah pada pembantu-pembantuku, karena itulah aku rela membayar mahal mereka. Karena aku mendeklarasikan diri sebagai wanita karier, maka tugasku harus lebih banyak di kantor, mengurusi masalah-masalah yang jauh lebih besar dari sekedar menyiapkan sarapan. Ini sudah menjadi pilihan yang kuberhalakan.
Pelan-pelan kuhilangkan kebencian pada ruangan asing ini dan kuamati tiap jengkalnya. Tidak sebagus kamar tidurku, tapi cukup nyaman untuk tubuhku yang lemah. Kamar yang dicat warna biru muda dengan ornamen dedaunan dan bunga yang dilukis secara borjuis. Lampu yang tak cukup berbinar, yang terus diam dan tak malu melihat cahaya siang yang pelan-pelan menggantikan cerahnya.
Pojok ruang dengan bunga dan vas yang warna-warni, serta berdiri tabung oksigen yang kedinginan.

...

Anisa dan Mas Rio kemudian memelukku. “Maaf ya sayang, Mama tidak selalu ada buat kalian. Mama selalu asyik dengan kehidupan kantor, melupakan kasih sayang kalian”, sambil kupeluk orang-orang tersayangku.
Kasih sayang seorang ibu yang selama ini kucari, justru kudapatkan dari keluarga kecilku, Mas Rio dan Anisa. Mereka telah mencontohkan itu lebih dari cukup meski waktu yang kusisakan kepada mereka sangat sedikit. Tapi mereka tetap mencurahkan kasih sayang secara utuh kepadaku.

...

Semi Ilmiah




oleh: Mas Bambang Purnomo Sigit, SH MM

Jadikanlah suatu keyakinan bahwa,”Apa yang tuan cita-citakan pasti tercapai, dan apa yang tuan usahakan pasti berhasil.”    Thomas Alva Edison

Apa yang dikatakan oleh Thomas Alva Edison ini sungguh menarik bagi saya. Dahulu saya menganggap suatu keberhasilan itu adalah sekedar berkaitan dengan nasib seseorang, jika nasib orang tersebut telah ditakdirkan sial terus seumur hidup, maka selama menjalani sisa hidup yang ada, tak ada satupun keberuntungan singgah di dirinya itu. Tetapi barulah saya tersadar betul saat membaca dan menonton film berjudul Secret (Rahasia) karya Rhonda Byrne, bahwa semua yang ada dalam benak ini ternyata salah besar!
Acapkali kita merasa bahwa segalanya dalam hidup ini telah terjatah oleh kehendak Yang Kuasa. Jika seseorang memang sudah ditakdirkan kaya raya, maka memang itulah yang seharusnya, dan apabila kita ditakdirkan miskin maka memang mustahil kita akan menjadi kaya. Padahal diserukan oleh Rasulullah, ”Allah tak akan merubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri.”
Kata orang tua jaman dulu, ”Nak, gantungkan cita-citamu setinggi langit!” Itu memang benar adanya, orang tua dahulu mungkin lebih bijak dalam memotivasi diri sang anak agar memiliki satu tujuan yang harus dicapai dalam hidupnya. Orang tua dahulu tidak segan memberikan permainan yang mengarah pada cita-cita sang anak, misalnya saja si anak bercita-cita jadi seorang dokter. Guna mendorong keinginan tersebut agar terwujud maka orang tua memberikan set permainan dokter-dokteran kepada si anak.
Dalam suatu kuliah yang saya berikan, saya bertanya kepada para mahasiswa satu persatu,”Apa yang ada dalam bayanganmu berupa harapan tentang dirimu 10 (sepuluh) tahun  mendatang?” Maka bermunculanlah jawaban klasik yang bisa ditebak, mereka rata-rata menyatakan dirinya ingin menjadi orang yang sukses, memiliki pekerjaan yang bagus, keluarga sakinah. Maka saya lanjutkan lagi pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut diatas, ”Bisakah kamu bayangkan wujud kesuksesan seperti apakah yang telah tergambar nyata dalam benakmu?  Lalu posisi apa yang kau lihat 10 tahun lagi, dan istri atau suami seperti apa yang akan kau peroleh nanti? Apakah kalian hanya berangan-angan ataukah ini sudah menjadi cita-cita yang harus diwujudkan?” Maka dengan ragu-ragu mereka menjawab, ”Wah, kalau hal seperti itu sih belum, Pak! Kita kan tak tahu nasib kita nantinya!”
” Kenapa kalian takut bahkan untuk bermimpi? Itu semua yang kalian harapkan sudah tersedia, hanya niat dan tekad bulat serta sasaran berupa cita-cita yang belum kalian perdulikan,.” Kata saya,” Apakah tak seorangpun diantara kalian yang berani membayangkan dirimu pada saat setiap pagi bercermin, sebagai seorang pemilik 10 perusahaan besar, dengan baju jas seharga 3 juta, didampingi oleh seorang istri yang setia, dan begitu kalian keluar dari pintu kamar kos kalian, yang tergambar dalam benak adalah sebuah mobil mewah siap mengantarmu menuju kantor?”
” Jika kita setiap hari membayangkan hal tersebut, dan merasa hal itu pasti akan terwujud, maka secara tidak sadar, keinginan, cita-cita dan harapan ini tertanam dalam alam bawah sadarmu, serta menjadi do’a yang tak berkeputusan setiap saat.”
Seperti kata Edison diatas tadi, semua hal itu pasti terwujud. Semua yang ada dalam bayangan kita sebetulnya memang sudah diciptakan oleh Tuhan, entah itu berupa pasangan hidup, kekayaan melimpah, mobil mewah, rumah gedung, pekerjaan yang hebat. Semua sudah ada, hanya saja kita sering tak menyadarinya.
Manusia itu bagaikan magnet yang menarik apa saja menuju ke dirinya, yang menentukan adalah kekuatan fikiran manusia, serta tekad bulat untuk memperolehnya. Semua pasti akan didapatkan, semua akan tercapai, hanya soal waktulah yang menentukan. Pikirkan hal-hal yang positif dalam hidup ini, maka segala hal yang positiflah yang akan datang menghampiri. Tetapi apabila kita berfikir secara negatif, maka hal-hal yang buruk yang akan kita dapatkan.
Memang segalanya tak serta merta akan kita peroleh begitu saja dengan mudah. Coba Anda bayangkan, jika Anda berfikir tentang gajah, dan ingin memelihara gajah saat nonton acara televisi diruang keluarga, dengan tiba-tiba ada seekor gajah disamping kalian. Betapa kacaunya keadaan saat itu. Anda akan mendapatkan yang Anda inginkan saat diri Anda memang sudah siap untuk itu. Jika belum siap, maka kita akan menempuh perjalanan dalam rangka mempersiapkan diri. Acapkali pula kita dihadang oleh kegagalan, tapi jika kita bertekat bulat, maka semua itu akan dapat terwujud.

Kegagalan biasanya merupakan langkah awal menuju sukses, tapi sukses itu sendiri sesungguhnya baru merupakan jalan tak berketentuan menuju puncak sukses. (Lambert Jeffries)

Memang jalan yang kita tempuh ada kalanya panjang sekali dalam rangka mencapai yang kita harapkan, sebut saja Edison, dalam upayanya menciptakan lampu pijar, harus mengalami beberapa banyak kegagalan, tetapi hasilnya, dengan penemuannya itulah maka wajah dunia telah berubah, dari konsep lampunya maka sekarang kita bisa menikmati cahaya terang walau di malam hari. Atau kisah Kolonel Sander yang harus masuk-keluar 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) restoran, untuk menawarkan resep ayam gorengnya, dan pada restoran ke seribu yaitu KFC, ternyata resepnya diterima, dan sekarang tersebar di seluruh dunia.
Kita tak perlu tahu secara persis bagaimana wujud yang kita harapkan terjadi, yang penting disini kita hanya perlu melangkah secara sungguh-sungguh untuk mencapainya. Jika Anda ingin pergi ke Kutub Utara, apakah Anda sudah tahu secara persis wujud kutub tersebut? Yang penting bukan melihat wujudnya, tetapi terus melangkah kearah yang benar dengan menggunakan peta ataupun kompas yang tersedia sebagai penunjuk arahnya. Mungkin selama perjalanan, kita akan terhadang gunung es ataupun taufan badai, tapi itu hanyalah hambatan langkah Anda menuju kesuksesan. Bahkan jika dapat, kita jadikan hambatan itu sebagai pelajaran saat melangkah lebih jauh lagi!
Tiada yang kebetulan dalam hidup kita, karena kekuatan niat, tekat, cita-cita, keinginan, dan harapanlah yang menjadikan semua itu terwujud. Semua memang sudah ada dalam otak dan hati kita, hanya bagaimana kuatnya niat yang ada dalam diri kitalah yang menentukan cepat atau tidaknya harapan itu kan terjadi. Jadi sekali lagi bukan karena kebetulan.
Maka mari bersama-sama kita berusaha mengubah mind-set yang ada, segala sesuatu bernilai negatif , misalnya, ketidak-berdayaan, ketidak-cantikan atau ketidak-tampanan, ketidak-mampuan, ketidak-mengertian, dan macam-macam ketidak-an yang bernilai negatif itu menjadi lawan katanya yang jelas bernilai positif.  Tetapi harus kita ingat, jika keberhasilan itu biasanya hanya hinggap pada satu orang saja, maka tingkatkanlah menjadi kebergunaan akan keberhasilan yang telah Anda nikmati sehingga juga bisa dinikmati oleh orang lain.

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.(Einstein)

Tataran Ilmiah

Dalam tataran ilmiah, bahasa Indonesia sangat wajib diperlukan terutama dalam penulisan karya ilmiah, sehingga bahasa yang baik dan benar sangat diperlukan agar pemahaman bahasa dalam satu paragraph ke paragraph lainnya dapat dimengerti.

Sesuai dengan cirinya yang tertulis tadi, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Wacana Tataran Ilmiah

Sub Tipe dari Avian Influenza

Ketika wabah flu burung merebak, kepanikan massal terjadi. Tingkat pengetahuan massa yang rendah terhadap jenis flu ini membuat banyak orang bereaksi ekstrim. Tanpa pikir panjang, ratusan ribu unggas dimusnahkan, tanpa peduli benar atau tidaknya langkah itu. Ada baiknya kita mengenal beragam sub tipe dari flu burung ini. Ada banyak sub tipe dari flu ini namun hanya beberapa yang bersifat sangat patogenic terhadap manusia.
Ada banyak sub tipe dari virus flu ini.
  1. Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak ditemukan di babi sebagai vektor utamanya. Di kemudian hari, virus tipe ini lebih dikenal sebagai penyebab flu babi. Berbeda dengan penyebab flu unggas, sub tipe ini justru lebih efektif ditularkan lewat manusia. Dalam setiap bersin pasien flu babi, setidaknya terkandung 100.000 virus H1N1. Untungnya, daya bunuh H1N1 hanya seperduabelas dari flu burung. Flu babi hanya memiliki kemungkinan fatal sebesar 6 persen, jauh di bawah angka 80 persen mili flu unggas.
  2. H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub tipe ini merupakan subtipe dari virus influenza A yang juga disebut virus flu burung. Oleh para ahli, virus ini dinyatakan sebagai virus pandemik pada manusia dan hewan, khususnya babi.
  3. H2N2 adalah sub tipe yang lainnya. Virus H2N2 ini sudah termutasi menjadi banyak sekali variasi virus flu ini. Salah satu bentuk mutasi dari H2N2 adalah H3N2 dan banyak lagi subtipe virus flu lainnya yang sering ditemukan pada unggas. Virus model ini dicurigai sebagai penyebab pandemik pada manusia di tahun 1889.
  4. Sub tipe berikutnya adalah H2N3. Berdasarkan struktur penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins sebagai “casing”nya, hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada umumnya, virus ini dapat menginfeksi manusia dan unggas.
  5. Sub tipe berikutnya adalah sub tipe virus Avian Influenza yang paling berbahaya. Dikenal sebagai penyebab utama flu unggas. H5N1 adalah virus yang sangat berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang terjangkiti virus H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20 persen. Meskipun hanya ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif. Daya bunuhnya 12 kali lebih dahsyat dibanding sub tipe virus avian influenza yang lain. Virus ini merupakan jenis virus yang bersifat epizootik atau bersifat epidemik untuk golongan di luar manusia dan juga bersifat panzootik yang mampu mempengaruhi beragam spesies hewan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini sudah “sukses” membunuh setidaknya 10 juta unggas di seluruh dunia serta menginfeksi ratusan juta lainnya. Pada bulan Desember tahun 2009, badan kesehatan dunia, WHO mengumumkan bahwa setidaknya terjadi 447 kasus flu yang terjadi pada manusia dan tingkat kematian pada periode ini sangat tinggi, lebih dari 50 persen dengan angka kematian mencapai 267 orang.
  6. Sub tipe lain yang dianggap patogenik untuk manusia adalah H7N3, H7N7 dan H9N2. Ketiga jenis ini dianggap sebagai virus avian influenza yang memiliki daya rusak tingga hingga dapat membunuh pengidapnya. Menurut update terbaru dari FAO, virus-virus ini secara perlahan tapi pasti memperkuat kemampuan merusak mereka. Untuk virus H7N7 sendiri bisa menginfeksi manusia, burung, babi, anjing laut serta kuda. Pada uji laboratorium, virus ini bisa mengifeksi tikus yang digunakan dalan percobaan. Virus H9N2 merupakan jenis virus yang menginfeksi bebek. Pada perkembangannya, virus ini juga menginfeksi manusia. Pada Desember 2009, ditemukan kasus anak-anak terinfeksi H9N2 di Hongkong.

Jumat, 07 Oktober 2011

Penggunaan Bahasa Indonesia Secara Baik dan Benar


Bahasa merupakan alat untuk saling berkomunikasi antara satu manusia dengan manusia lainnya.
Dalam menggunakan bahasa, kita harus tahu ada suatu etika yang harus dilakukan, misalnya jika kita bertemu orang yang lebih tua maka harus memakai kata yang lebih sopan dibandingkan dengan yg seumur dengan kita. Jika kita bertemu dengan orang yang lebih muda, maka harus bisa  menggunakan bahasa yang dapat dimengerti maksudnya.
Untuk menggunakan bahasa yang biasa ditulis seperti surat, maka harus tahu ada tanda-tanda baca yang harus diperhatikan agar orang yang membaca tidak salah arti dengan maksud yang kita inginkan.
Sebagai contoh jika kita bertemu dengan orang yang lebih tua maka menggunakan bahasa seperti  “Apa bapak bisa membantu saya bagaimana cara membuat pancingan?”
Namun jika yang kita tanya orang yang bisa dibilang seumur dengan kita maka bahasa yang digunakan bisa tidak dalam bentuk baku seperti
“Ndi, bisa bantu saya bikin pancingan?”
Sebuah maksud yang sama namun jika berbeda orang yang dituju maka penggunaan bahasanya pun berbeda.


Bahasa merupakan suatu alat komunikasi, dilihat dari maksud kalimat tersebut sudah jelas kalau bahasa memiliki fungsi untuk berkomunikasi satu dengan lainnya.
Kita bisa berbicara dengan orang yang mempunyai bahasa daerah lain dengan kita, namun dengan adanya bahasa Indonesia, itu merupakan bahasa pemersatu untuk bisa berkomunikasi dengan orang yang berbeda dari segi suku dan budayanya.